Dan bukan para malaikat yang akan berkuasa atas dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Bukan, sebab Kitab Suci di satu tempat berkata,
“Apakah manusia itu, sehingga Engkau sedemikian memperhatikannya,
dan siapakah anak manusia, yang Engkau muliakan setinggi itu?
Sebab, walaupun untuk sementara Engkau telah menjadikan Dia lebih rendah daripada malaikat,
sekarang Engkau telah memahkotai-Nya dengan kemuliaan dan kehormatan.
Dan Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala sesuatu, tanpa kecuali.”
Kita belum melihat terlaksananya semua ini, tetapi kita sungguh-sungguh dapat melihat Yesus—yang untuk seketika lamanya dijadikan sedikit lebih rendah daripada malaikat—sekarang dimahkotai oleh Allah dengan kemuliaan serta kehormatan, sebab Ia telah menderita kematian untuk kita. Ya, karena besarnya kebaikan Allah, Yesus mati untuk segenap umat manusia. Allah ingin agar banyak orang, setelah mereka menjadi anak-anak-Nya, diterima ke dalam Kerajaan-Nya yang mulia. Untuk itu perlu bahwa orang yang akan memimpin mereka menuju keselamatan sendiri dijadikan sempurna melalui penderitaan. Itu adalah cara yang tepat untuk Allah, asal dan tujuan dari segalanya.
Kita yang sudah dikuduskan oleh Yesus, sekarang menjadi sebapa dengan Dia. Karena itu, Yesus tidak malu menyebut kita saudara-Nya. Sebenarnya Ia berkata,
“Aku menceritakan nama-Mu kepada saudara-saudaraku;
di tengah pertemuan jemaat, aku memuji-muji Engkau.”
Pada kesempatan lain Ia berkata,
“Aku akan menaruh kepercayaan kepada Allah.” Dan, “Lihat, inilah Aku beserta dengan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.”
Sebab kita, anak-anak Allah, adalah manusia yang terdiri dari darah dan daging, maka Ia juga telah menjadi darah dan daging dengan jalan dilahirkan sebagai manusia; sebab hanya sebagai manusialah Ia dapat mati, dan dengan kematian-Nya Ia mematahkan kuasa Iblis yang berkuasa atas maut. Hanya dengan jalan demikian Ia dapat membebaskan orang yang karena takut mati, terus-menerus hidup dalam ketakutan.
Kita semua tahu bahwa Ia datang bukan sebagai malaikat, melainkan sebagai manusia, ya, sebagai orang Yahudi. Dan Yesus perlu menjadi sama seperti kita, saudara-saudara-Nya, supaya dalam hal menanggulangi dosa manusia, Ia dapat menjadi Imam Besar yang setia dan menaruh belas kasihan kepada kita di hadapan Allah. Ia sendiri telah mengalami penderitaan dan cobaan. Karena itu, Ia dapat merasakan penderitaan dan cobaan yang menimpa kita dan Ia benar-benar sanggup menolong kita.