Siapakah saya dan siapakah Apolos, sehingga kami dijadikan bahan pertengkaran? Kami hanyalah hamba Allah dengan karunia kami masing-masing, dan dengan pertolongan kami Saudara menjadi percaya. Pekerjaan saya ialah menanam benih dalam hati Saudara dan pekerjaan Apolos ialah menyiraminya, tetapi Allah, dan bukan kami, yang menumbuhkannya. Orang yang menanam atau menyirami tidak begitu penting, tetapi Allah yang penting, sebab Dialah yang menumbuhkan. Apolos dan saya bekerja sama untuk satu tujuan, namun kami akan mendapat upah menurut jerih payah kami masing-masing. Kami adalah teman sekerja Allah. Saudara sekalian adalah kebun Allah, bukan kebun kami; Saudara adalah rumah Allah, bukan rumah kami.
Karena kebaikan-Nya, Allah telah mengajar saya menjadi seorang ahli bangunan. Saya yang meletakkan dasar dan Apolos yang membangun di atasnya. Tetapi orang yang membangun di atas dasar itu haruslah berhati-hati. Sebab tidak seorang pun dapat meletakkan dasar yang lain selain dari yang sudah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Tetapi ada bermacam-macam bahan yang dapat digunakan untuk membangun di atas dasar itu. Beberapa orang menggunakan emas, perak, dan permata. Beberapa orang lagi membangun dengan kayu, rumput, malah dengan jerami! Pada Hari Penghakiman kelak, akan tiba masanya Kristus memeriksa bahan-bahan yang telah digunakan. Pekerjaan setiap orang akan diuji dengan api, sehingga semua orang akan melihat mutu pekerjaan itu dan apa sebenarnya yang telah dicapai. Kemudian setiap pekerja, yang telah membangun di atas dasar itu dengan menggunakan bahan-bahan yang benar, dan yang pekerjaannya tetap utuh, akan menerima upahnya. Tetapi, apabila rumah yang telah dibangunnya itu terbakar, ia akan menderita kerugian besar. Ia sendiri akan diselamatkan, tetapi keadaannya seperti orang yang lolos dari nyala api yang besar.
Tidakkah Saudara menyadari bahwa Saudara sekalian adalah rumah Allah dan Roh Allah hidup di antara Saudara di dalam rumah-Nya?
Apabila seseorang mengotori dan merusak rumah Allah, ia akan dibinasakan oleh Allah. Sebab rumah Allah suci dan bersih, dan Saudaralah rumah itu.
Janganlah terus-menerus menipu diri sendiri. Kalau Saudara menganggap diri pandai menurut ukuran dunia, lebih baik Saudara membuang anggapan semacam itu dan menjadi orang bodoh, daripada Saudara tidak memperoleh hikmat sejati dari surga. Sebab hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Seperti tertulis dalam Kitab Ayub:
Allah membiarkan manusia terjerat oleh kepandaiannya sendiri; manusia terantuk pada “hikmat”-nya sendiri, lalu jatuh.
Lagipula, dalam Kitab Mazmur kita diberi tahu, bahwa
Tuhan mengetahui jalan pikiran manusia, dan tahu benar akan kebodohan dan kesia-siaannya.
Jadi, janganlah merasa bangga karena mengikuti orang berhikmat di dunia ini. Sebab Allah telah memberi Saudara segala yang Saudara butuhkan. Ia telah mengaruniakan Paulus dan Apolos dan Petrus kepada Saudara sebagai penolong. Ia telah memberi Saudara seluruh dunia ini; hidup dan bahkan mati pun adalah pelayan Saudara. Seluruh masa kini dan seluruh masa depan telah diberikan-Nya kepada Saudara. Semua itu milik Saudara. Saudara adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.