Matius 13:1-32

Matius 13:1-32 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Hari itu juga Yesus meninggalkan rumah tempat Dia mengajar dan pergi ke tepi danau Galilea, lalu duduk di situ. Sejumlah besar orang datang berkumpul mengelilingi-Nya. Karena itu Dia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh dan duduk untuk mengajar orang banyak itu, sedangkan mereka tetap berdiri di pantai. Kemudian Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka dengan memakai perumpamaan, seperti yang berikut ini: “Pada suatu hari, seorang petani pergi menabur benih di ladang. Waktu dia sedang menabur, sebagian benih itu jatuh di jalan. Lalu burung-burung datang dan memakannya sampai habis. Ada juga yang jatuh di tanah berbatu-batu. Lalu benih itu bertunas dan cepat tumbuh. Tetapi waktu sinar matahari mulai panas, tunas benih itu menjadi layu dan kering karena lapisan tanah di situ tipis sehingga akarnya tidak bisa masuk lebih dalam. Ada juga benih yang jatuh di antara rumput berduri. Kemudian rumput itu tumbuh semakin besar dan menghimpit tunas-tunas benih itu sehingga tidak bisa tumbuh. Tetapi sebagian lain jatuh di tanah yang subur. Tunas-tunas dari benih itu tumbuh besar dan memberi banyak hasil. Dari satu benih ada yang berbuah tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh, bahkan ada juga yang seratus kali lipat. Nah, renungkanlah itu baik-baik, jangan sampai ajaran-Ku tadi masuk telinga kanan keluar telinga kiri!” Kemudian kami murid-murid-Nya datang dan bertanya, “Guru, mengapa Engkau mengajar orang banyak dengan perumpamaan?” Jawab Yesus, “Karena mereka belum diizinkan memahami ajaran-ajaran-Ku tentang kerajaan Allah, sedangkan kalian sudah diberi izin untuk mengerti hal-hal yang dulu dirahasiakan dari semua manusia. Jadi bagi orang yang berusaha mengerti ajaran-Ku, Allah akan menambahkan kepadanya lebih banyak lagi pengertian secara berlimpah. Tetapi bagi orang yang tidak berusaha mengerti ajaran-Ku, Allah akan mengambil kemampuan untuk mengerti darinya. Itulah sebabnya Aku mengajar orang banyak dengan memakai perumpamaan. Karena meskipun melihat, sebenarnya mereka tidak memperhatikan, dan meskipun mendengar, sebenarnya mereka tidak merenungkan sehingga tidak mengerti. Maka tepatlah apa yang Yesaya nubuatkan tentang mereka: ‘Biarpun mereka terus-menerus diajar, mereka tidak akan mengerti. Dan biarpun mereka terus melihat keajaiban, mereka tidak akan menyadari apa yang terjadi. Karena bangsa ini sudah menjadi keras kepala. Telinga mereka hampir tidak bisa mendengar, dan mereka sudah menutupi mata mereka sehingga tidak bisa melihat apa yang benar. Kalau tidak demikian, mungkin mereka bisa melihat dan memperhatikan apa yang Aku kerjakan, sehingga ajaran-Ku dimengerti sampai meresap ke dalam hati mereka. Dengan begitu mereka bisa bertobat dan kembali kepada-Ku, dan oleh karena belas kasihan-Ku, Aku tetap bersedia menyembuhkan mereka.’ Tetapi berbahagialah kamu, karena Allah sudah memberikan berkat yang besar kepadamu. Dia mengizinkan kamu untuk dapat mengerti apa yang kamu dengar dan memahami apa yang kamu lihat. Aku menegaskan kepadamu: Banyak nabi dan orang-orang benar sejak zaman dahulu menanti-nantikan saatnya untuk melihat dan mendengar apa yang sekarang kamu lihat dan dengar, tetapi berkat itu tidak diberikan kepada mereka.” “Oleh karena itu, perhatikanlah arti perumpamaan tentang petani tadi. Yang pertama, tentang benih yang jatuh di jalan. Jalan menggambarkan orang-orang yang mendengarkan ajaran tentang kerajaan Allah, tetapi tidak mengerti. Kemudian datanglah si jahat, yaitu iblis, dan merampas ajaran yang sudah ditabur di hati mereka. Kedua, tentang benih yang jatuh di tanah berbatu-batu. Tanah berbatu menggambarkan orang-orang yang mendengarkan ajaran TUHAN dan langsung menerimanya dengan senang hati. Tetapi ajaran itu tidak bisa berakar di dalam hati mereka dan tidak bertahan lama. Ketika mereka mengalami kesusahan atau disiksa karena mengikuti ajaran itu, mereka cepat meninggalkan TUHAN. Ketiga, tentang benih yang jatuh di rumput berduri. Rumput berduri menggambarkan orang-orang yang sudah mendengarkan ajaran dari TUHAN, tetapi mereka kuatir tentang persoalan hidup di dunia ini dan memikirkan hal-hal duniawi serta ingin menjadi kaya. Semua itu merupakan hambatan sehingga ajaran TUHAN tidak menghasilkan apa pun dalam kehidupan mereka. Sedangkan yang keempat, tentang benih yang jatuh di tanah subur. Tanah subur menggambarkan orang-orang yang mendengarkan ajaran dari TUHAN dan memahaminya. Karena itu, mereka pasti memberikan banyak hasil, seperti benih yang menghasilkan tiga puluh, atau enam puluh, ataupun seratus kali lipat.” Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan lain. Kata-Nya, “Kerajaan Allah bisa digambarkan seperti seorang pemilik ladang yang menyuruh para hambanya menanam bibit gandum yang baik di ladangnya. Suatu malam, ketika orang-orang sedang tidur, datanglah musuh pemilik ladang itu dan menaburkan bibit lalang di antara bibit gandum itu, lalu dia pergi. Sewaktu gandum itu tumbuh besar dan mulai berbuah, tampaklah banyak lalang di antaranya. Para hamba pemilik ladang itu pun datang dan bertanya, ‘Tuan, bukankah kita sudah menanam bibit yang baik di ladang itu?! Lantas dari manakah datangnya lalang-lalang yang tumbuh di sana?’ “Dia menjawab, ‘Pasti musuhku yang sudah melakukan itu.’ “Para hambanya bertanya lagi, ‘Apakah Tuan mau supaya kami mencabut lalang-lalang itu?’ “Dia menjawab, ‘Tidak usah. Kalau kalian mencabutnya, pasti ada gandum-gandum yang ikut tercabut. Biarkanlah gandum dan lalang itu tumbuh bersama-sama sampai tiba waktu panen. Saat itulah aku akan menyuruh para pekerja yang memanen: Kumpulkanlah semua lalang lebih dulu dan ikatlah untuk dibakar. Sesudah itu kumpulkan gandum dan simpanlah di dalam gudangku.’” Kemudian Yesus memberikan perumpamaan lagi untuk menggambarkan kerajaan Allah. Kata-Nya, “Kerajaan Allah ibarat biji sawi yang diambil seseorang dan ditanam di ladangnya. Biarpun biji tanaman itu paling kecil di dunia, tetapi sesudah tumbuh, biji itu akan menjadi tumbuhan yang paling besar di kebun. Bahkan bisa menjadi pohon yang cukup besar sehingga burung-burung datang berlindung dan bersarang pada cabang-cabangnya.”

Matius 13:1-32 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

PADA hari itu juga Yesus meninggalkan rumah itu menuju ke pantai. Tidak lama kemudian berbondong-bondong orang datang mengerumuni Yesus. Maka naiklah Ia ke dalam sebuah perahu dan dari situ mengajar orang banyak yang mendengarkan di tepi pantai. Dalam khotbah-Nya Yesus banyak menggunakan perumpamaan. Salah satu perumpamaan itu ialah: “Seorang petani menabur benih di ladangnya. Ketika ia menabur benih-benih itu di tanah, ada beberapa yang jatuh di jalan, dan burung-burung pun datang memakannya. Beberapa benih yang lain jatuh di atas tanah dangkal yang berbatu-batu. Benih itu pun segera tumbuh, tetapi setelah kena sinar matahari yang terik, tunas-tunas itu layu dan mati, sebab akarnya hanya sedikit. Ada juga benih yang jatuh di antara semak duri, dan semak duri itu kemudian mengimpit yang masih lemah itu sampai mati. Tetapi ada beberapa yang jatuh di tanah yang subur dan menghasilkan panen, ada yang tiga puluh, enam puluh, bahkan seratus kali lipat dari jumlah yang ditabur. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!” Murid-murid-Nya datang dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Guru selalu menggunakan perumpamaan yang sukar dimengerti?” Yesus menerangkan bahwa Allah telah mengizinkan mereka untuk mengerti rahasia Kerajaan Surga, sedangkan orang lain tidak. Ia berkata kepada mereka, “Kepada orang yang mendengarkan kata-kata-Ku akan diberikan lebih banyak pemahaman lagi; tetapi dari orang yang tidak mendengarkan, bahkan sedikit pemahaman yang ada padanya akan diambil juga. Itulah sebabnya mengapa Aku menggunakan perumpamaan, supaya orang dapat mendengar dan melihat, tetapi tidak dapat mengerti. “Ini menggenapi nubuat Nabi Yesaya: “ ‘Kalian mendengar, tetapi tidak mengerti; kalian memandang, tetapi tidak melihat! Karena hati mereka keras dan telinga mereka tebal, dan mereka menutup mata mereka. Ini terjadi supaya mereka jangan melihat, jangan mendengar, jangan mengerti, jangan kembali kepada-Ku agar kalian Kusembuhkan.’ “Tetapi berbahagialah mata kalian karena melihat; dan berbahagialah telinga kalian karena mendengar. Banyak nabi dan orang saleh yang ingin sekali melihat apa yang kalian lihat, dan mendengar apa yang kalian dengar, tetapi tidak dapat. “Inilah penjelasan cerita mengenai petani yang menanam benih itu: Jalan yang bertanah keras di mana beberapa benih jatuh, melambangkan hati orang yang mendengar Berita Kesukaan tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengerti. Lalu Iblis pun datang dan merenggut benih-benih itu dari dalam hatinya. Tanah yang dangkal dan berbatu-batu melambangkan hati orang yang mendengar dan menerima firman itu dengan sukacita. Tetapi ia mudah terpengaruh, sehingga benih-benih itu tidak dapat berakar dalam. Begitu ia mengalami kesusahan atau penganiayaan oleh karena kepercayaannya, begitu semangatnya padam dan ia pun murtad. Tanah yang penuh dengan semak duri melambangkan orang yang mendengar firman, tetapi kekhawatiran akan kehidupan yang sekarang ini dan ketamakan akan uang, mendesak firman Allah itu sehingga tidak menghasilkan buah. Tanah yang subur melambangkan hati orang yang mendengar berita itu dan memahaminya serta pergi dan menghasilkan tiga puluh, enam puluh atau bahkan seratus kali lipat dari jumlah yang ditabur.” Perumpamaan lain yang diceritakan oleh Yesus ialah: “Kerajaan Surga itu seperti seorang petani yang menabur benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada suatu malam, sedang ia tidur, musuhnya datang menabur benih-benih semak duri di antara benih-benih gandum. Ketika gandum itu mulai tumbuh, semak duri pun tumbuh juga. “Pembantu-pembantu petani itu memberitahukan kepadanya, ‘Tuan, ladang tempat Tuan menanam benih-benih pilihan itu penuh dengan semak duri!’ “ ‘Musuhlah yang telah melakukannya,’ seru petani itu. “ ‘Apakah kami harus mencabuti semak duri itu?’ “ ‘Jangan,’ jawab tuannya. ‘Jika kalian mencabutinya, maka gandum pun akan ikut tercabut. Biarkanlah keduanya tumbuh sampai musim panen. Aku akan menyuruh para penuai untuk memisahkan semak duri dan membakarnya, sedangkan gandum akan disimpan dalam lumbung.’ ” Ini perumpamaan yang lain lagi: “Kerajaan Surga seperti biji sesawi yang ditanam di ladang. Benih itu terkecil dari segala benih, tetapi ia dapat tumbuh menjadi salah satu tanaman yang terbesar, sehingga burung-burung dapat membuat sarang di antara cabangnya.”

Matius 13:1-32 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Pada hari yang sama, Yesus meninggalkan rumah dan duduk di tepi danau. Lalu banyak orang datang berkumpul di sekeliling-Nya. Karena itu, Ia naik ke perahu dan duduk di sana, sementara semua orang tetap berdiri di pantai. Yesus gunakan kesempatan itu untuk mengajar mereka tentang banyak hal dengan menggunakan perumpamaan. Kata-Nya: “Ada seorang petani yang pergi ke ladang untuk menabur benih. Ketika ia sedang menabur benih, sebagian benih jatuh di pinggir jalan. Lalu datanglah burung-burung dan makan semua benih itu. Sebagian lagi jatuh di tanah yang berbatuan yang tidak banyak tanahnya. Benih itu tumbuh dengan cepat karena tanahnya tidak dalam. Tetapi ketika matahari terbit, terbakarlah tanaman itu hingga mati karena tanaman tersebut tidak memiliki akar yang dalam. Benih lainnya jatuh di antara semak-semak berduri. Semak-semak itu bertumbuh makin besar dan menghimpit tanaman itu. Tetapi ada benih yang jatuh di tanah subur. Di situ, benih itu bertumbuh dan berbuah. Ada yang 100 kali lipat, 60 kali lipat, dan ada juga yang menghasilkan 30 kali lipat. Siapa yang memiliki telinga, dengarkanlah baik-baik.” Setelah itu, pengikut Yesus mendatangi-Nya dan bertanya, “Mengapa Engkau menggunakan perumpamaan untuk mengajar orang-orang itu?” Yesus menjawab, “Allah telah memberikan kamu kesempatan untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi tidak untuk orang-orang itu. Orang yang mempunyai pengertian akan ditambahkan lagi. Mereka akan dapat lebih dari yang mereka butuhkan. Tetapi orang yang tidak mempunyai pengertian akan kehilangan semuanya meskipun hanya sedikit yang mereka punya. Itulah sebabnya mengapa Aku mengajar mereka dengan menggunakan perumpamaan: Mereka melihat, tapi mereka tidak bisa memahaminya. Mereka mendengar, tapi mereka tidak bisa mengertinya. Jadi, hal ini akan terjadi seperti apa yang telah dikatakan Yesaya tentang mereka: ‘Hai kalian semua, kamu akan dengar dan dengar, tetapi kamu tidak akan memahaminya. Kamu akan lihat dan lihat, tetapi kamu tidak akan mengerti. Orang-orang ini tidak bisa mengerti. Telinga mereka sudah tersumbat, dan mata mereka juga tertutup. Jadi, mereka tidak bisa melihat dengan matanya, atau mendengar dengan telinganya, atau mengerti dengan pikirannya. Jika mereka mengerti, mungkin mereka akan berbalik kepada-Ku, dan Aku akan menyembuhkan mereka.’ Namun, Allah telah memberkatimu. Kamu mengerti hal-hal yang kamu lihat dengan matamu. Dan kamu mengerti hal-hal yang kamu dengar dengan telingamu. Sesungguhnya, banyak nabi dan orang benar ingin melihat hal-hal yang kamu lihat sekarang ini, tetapi mereka tidak melihatnya. Dan banyak nabi dan orang benar ingin mendengar apa yang kamu dengar saat ini, tetapi mereka tidak mendengarnya.” “Jadi, dengarlah arti perumpamaan tentang penabur itu: Benih yang ditabur itu adalah firman tentang Kerajaan Allah yang diberitakan kepada semua orang. Benih yang jatuh di jalan adalah seperti orang yang telah mendengar firman tetapi tidak memahaminya. Lalu iblis datang dan mengambil apa yang sudah ditaburkan itu dari dalam hatinya. Benih yang jatuh di tanah yang berbatuan adalah seperti orang yang telah mendengar firman, dan menerimanya dengan cepat dan gembira. Tetapi firman itu tidak benar-benar meresap dan berakar dalam hatinya. Ketika kesulitan atau penganiayaan datang karena firman yang mereka terima, mereka pun menyerah. Benih yang jatuh di antara semak-semak berduri adalah seperti orang yang mendengar firman dan menerimanya. Tetapi kemudian ia membiarkan kekhawatiran dan kecintaan akan hal-hal duniawi menghambat pertumbuhannya sehingga firman itu tidak menghasilkan buah dalam hidupnya. Benih yang jatuh di tanah yang baik adalah seperti orang yang mendengar firman dan mengerti dengan sungguh-sungguh. Firman itu bertumbuh dan menghasilkan buah, ada yang 100 kali lipat, ada yang 60 kali lipat dan ada pula yang 30 kali lipat.” Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan lainnya lagi, “Kerajaan Allah itu seperti seorang yang menanam benih gandum yang baik di ladangnya. Pada malam hari itu, ketika semua orang sedang tidur, datanglah musuh untuk menanam benih lalang di antara benih gandum, lalu pergi. Kemudian benih gandum itu tumbuh menjadi besar dan mulai berbuah. Tetapi pada saat yang sama, benih lalang juga tumbuh menjadi besar. Lalu para pekerjanya datang kepada pemiliknya dan berkata, ‘Tuan, engkau telah menanam benih yang baik, tetapi sekarang ada banyak lalang di antaranya. Dari manakah lalang itu?’ Pemilik itu menjawab, ‘Seorang musuh menanamkan lalang-lalang itu.’ Para pekerja bertanya lagi kepadanya, ‘Apakah engkau mau supaya kami mencabut lalang-lalang itu sekarang?’ Ia menjawab, ‘Jangan, jika kamu mencabut lalang-lalang itu sekarang, gandumnya juga akan ikut tercabut. Biarkanlah gandum dan lalang itu tumbuh bersama-sama sampai musim panen. Pada musim panen, aku akan katakan kepada para pekerja, “Kumpulkan lalang-lalang itu dan ikatlah bersama-sama untuk dibakar. Lalu kumpulkan gandum-gandum itu dan simpanlah di lumbungku.”’” Kemudian Yesus menceritakan perumpamaan lagi, “Kerajaan Allah adalah seperti biji sesawi yang ditanam orang di kebunnya. Biji sesawi adalah biji yang terkecil di antara semua jenis biji. Tetapi jika biji itu tumbuh, ia akan menjadi tanaman yang terbesar di antara semua tanaman. Ia akan menjadi pohon besar sehingga burung-burung datang dan membuat sarang di dahan-dahannya.”

Matius 13:1-32 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: ”Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: ”Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus: ”Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: ”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: ”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”

Matius 13:1-32 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Pada hari itu juga Yesus meninggalkan rumah itu lalu pergi ke tepi danau dan duduk di situ. Banyak sekali orang yang berkumpul di sekeliling Yesus, karena itu Ia pergi duduk di dalam perahu, sedangkan orang banyak itu berdiri di pantai. Lalu Yesus mengajar banyak hal kepada mereka dengan memakai perumpamaan. “Seorang petani pergi menabur benih,” demikianlah Yesus mulai dengan cerita-Nya. “Ketika sedang menabur, ada benih yang jatuh di jalan. Lalu burung datang dan benih itu dimakan habis. Ada juga yang jatuh di tempat berbatu-batu, yang tanahnya sedikit. Benih-benih itu segera tumbuh karena kurang tanah. Tetapi waktu matahari sudah naik, tunas-tunas itu mulai layu, kemudian kering dan mati karena akarnya tidak masuk cukup dalam. Ada pula benih yang jatuh di tengah semak berduri. Semak berduri itu tumbuh dan menghimpit tunas-tunas itu sampai mati. Tetapi ada juga benih yang jatuh di tanah yang subur, lalu berbuah; ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada juga yang tiga puluh kali lipat.” Sesudah menceritakan perumpamaan itu Yesus berkata, “Kalau punya telinga, dengarkan!” Kemudian pengikut-pengikut Yesus datang dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Bapak memakai perumpamaan kalau berbicara dengan orang banyak itu?” Yesus menjawab, “Sebab kalian sudah diberi anugerah untuk mengetahui rahasia tentang bagaimana Allah memerintah, sedangkan mereka tidak. Karena orang yang sudah mempunyai, akan diberi lebih banyak lagi, dan ia akan berkelebihan. Tetapi orang yang tidak mempunyai apa-apa, maka sedikit yang ada padanya malah akan diambil. Itulah sebabnya Aku memakai perumpamaan kalau berbicara dengan orang banyak, karena mereka melihat, tetapi seperti orang yang tidak melihat; mereka mendengar tetapi seperti orang yang tidak mendengar dan tidak mengerti. Dengan itu terjadilah yang dinubuatkan Nabi Yesaya, ‘Allah berkata: Mereka akan terus mendengar tetapi tidak mengerti; mereka akan terus memperhatikan tetapi tidak tahu apa yang terjadi. Sebab pikiran orang-orang ini sudah menjadi tumpul, telinga mereka sudah menjadi tuli dan mata mereka sudah dipejamkan. Ini terjadi supaya mata mereka jangan melihat, telinga mereka jangan mendengar, pikiran mereka jangan mengerti dan jangan kembali kepada-Ku, lalu Aku menyembuhkan mereka.’ ” “Tetapi alangkah beruntungnya kalian,” kata Yesus kepada pengikut-pengikut-Nya, “sebab kalian sungguh melihat dan mendengar. Ingatlah, banyak nabi dan orang yang taat kepada Allah ingin melihat yang kalian lihat sekarang ini, tetapi mereka tidak melihatnya. Mereka ingin mendengar apa yang kalian dengar sekarang ini, tetapi mereka tidak mendengarnya.” “Dengarlah apa arti perumpamaan tentang penabur itu. Benih yang jatuh di jalan ibarat orang-orang yang mendengar kabar tentang bagaimana Allah memerintah, tetapi tidak mengerti. Si Jahat itu datang dan merampas apa yang sudah ditabur dalam hati mereka. Benih yang jatuh di tempat yang berbatu-batu, ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, dan langsung menerimanya dengan senang hati. Tetapi kabar itu tidak berakar dalam hati mereka, sehingga tidak tahan lama. Begitu mereka menderita kesusahan atau penganiayaan karena kabar itu, langsung mereka murtad. Benih yang jatuh di tengah-tengah semak berduri ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, tetapi khawatir tentang hidup mereka dan ingin hidup mewah. Karena itu kabar dari Allah terhimpit di dalam hati mereka sehingga tidak berbuah. Dan benih yang jatuh di tanah yang subur ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu dan memahaminya. Mereka berbuah banyak, ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada yang tiga puluh kali lipat hasilnya.” Yesus menceritakan lagi sebuah perumpamaan kepada orang banyak, kata-Nya, “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Seorang petani menabur benih yang baik di ladangnya. Pada suatu malam, ketika semua orang sedang tidur, musuh petani itu datang menabur benih alang-alang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika tanaman-tanaman itu tumbuh dan mayang-mayangnya mulai muncul, kelihatanlah juga alang-alang itu. Lalu orang-orang gajian petani itu datang kepada petani itu dan berkata, ‘Tuan, bukankah Tuan menanam benih yang baik di ladang Tuan? Bagaimana jadinya sampai ada alang-alang di sana?’ Petani itu menjawab, ‘Itu perbuatan musuh.’ Lalu orang-orang gajian petani itu bertanya lagi, ‘Tuan mau kami pergi mencabut alang-alang itu?’ ‘Tidak,’ jawabnya, ‘sebab kalau alang-alang itu dicabut, nanti gandumnya turut tercabut. Biarkanlah alang-alang itu tumbuh bersama-sama sampai waktu menuai. Nanti saya akan berkata kepada orang-orang yang menuai: Kumpulkan dahulu alang-alangnya, ikat, lalu bakar. Sesudah itu kumpulkan gandumnya, lalu simpan di dalam lumbung.’ ” Yesus menceritakan lagi sebuah perumpamaan kepada orang banyak, kata-Nya, “Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Sebuah biji sawi diambil oleh seseorang, lalu ditanam di ladangnya. Biji sawi adalah benih yang paling kecil. Tetapi kalau sudah tumbuh, ia menjadi yang terbesar di antara tanaman-tanaman. Ia menjadi pohon, sehingga burung-burung datang bersarang pada cabang-cabangnya.”